
Bahan Bacaan
Pola Pikir Bertumbuh (Growth Mindset)
1.KonsepDasar Pola Pikir (Mindset)
Pola Pikir adalah Segalanya (Mindset is Everything) merupakan sebuah ungkapan yang sering kita dengar, hal ini tidaklah berlebihan sebab pola pikir akan mendikte apa yang akan kita lakukan serta menentukan hasil apa yang akan kita peroleh. Hal inilah yang dikenal sebagai Jalan Menuju Sukses (The Road to Success) yang digambarkan sebagai berikut :
Banyak orang yang bertanya : Mana yang lebih penting Pola Pikir (Mindset) dibandingkan dengan Ketrampilan (Skillset). Untuk menjelaskan hal ini, kita perlu mempelajari konsep MST(set) atau Mindset, Skillset dan Toolset seperti yang dijelaskan dalam buku The Next Rules of Work : The Mindset, Skillset and Toolset to Lead Your Organization Through Uncertainty, Bolles (2021) yang secara sederhana dapat dijelaskan lewat gambar di bawah ini.
Pola Pikir (Mindset) didefinisikan sebagai cara melihat dan cara berpikir seseorang terhadap sebuah peristiwa (how to see and how to think) yang berguna untuk memperluas (broaden) cara melihat dan berpikir, Kumpulan Ketrampilan (Skillset)
didefinisikan sebagai pengetahuan dan pengalaman yang berguna untuk memperdalam (deepen) saat mempelajari sesuatu dan Alat-alat (Toolset) didefinisikan sebagai kumpulan Metode dan Alat yang berguna untuk mempertajam (sharpen) dalam menganalisis sebuah peristiwa atau masalah. Dari gambar di atas tampak jelas bahwa Pola Pikir adalah fondasi dari Kumpulan Ketrampilan dan juga Alat-alat sehingga tanpa Pola Pikir yang tepat makan 2 unsur di atasnya tidak akan berguna. Oleh karena itu kita sering mendengar ungkapan: Pola Pikir Lebih Penting dari pada Ketrampilan (Mindset Over Skillset).
- Pola Pikir Bertumbuh (Growth Mindset)
Seorang prosefor psikologi dari Universitas Stanford Prof Carol S. Dweck telah mengembangkan konsep Pola Pikir Bertumbuh (PPB) yang saat ini telah digunakan dalam berbagai bidang baik untuk kalangan bisnis maupun pendidikan. PPB dikembangkan oleh Prof Dweck berdasarkan penelitiannya yang sangat panjang terkait perilaku dan sikap orang pada saat berhadapan dengan tantangan, hambatan dan kesulitan. Dalam bukunya Mindset: The New Psychology of Success, Prof Dweck menjelaskan tentang jenis-jenis pola pikir yaitu: Pola Pikir Tetap (PPT) dan Pola Pikir Bertumbuh (PPB) sebagai jawaban dari pertanyaan: Mengapa Manusia Berbeda-beda? Dua jenis Pola Pikir dapat dijelaskan sebagai berikut:
- PPT adalah orang yang memiliki keyakinan bahwa kecerdasaan dan ketrampilan bersifat tetap dan tidak bisa diubah lagi secara signifikan.
- PPB adalah orang yang memiliki keyakinan bahwa kecerdasan dan kemampuan bisa dikembangkan secara tidak terbatas lewat proses belajar dan berusaha.
Prof Dweck juga melakukan penelitian yang sangat mendalam terkait perbedaan karakteristik antara PPT dan PPB dalam 5 area kunci (key-areas) yaitu: tantangan, hambatan, usaha, kritik dan sukses orang lain. Dalam buku The Growth Mindset Coach, Brock dan Hundley (2016) dijelaskan perbedaan antara PPT dan PPB di 5 area kunci itu seperti yang tercantum dalam Table berikut ini.
Area Kunci | PPT | PPB |
Tantangan | Menghindar agar tetp terlihat cerdas | Diterima sebab menjadi sarana untuk belajar |
Hambatan | Menyerah dengan cepat | Bertahan dan terus mencari solusinya |
Usaha | Mubazir sebab orang cerdas seharusnya tidak perlu bekerja keras | Dilakukan sekeras mungkin sebab ini adalah satu-satu cara untuk sukses |
Kritik | Merupakan serangan pribadi yang harus ditolak | Sebuah masukan yang berguna untuk memperbaiki diri |
Sukses Orang Lain | Sebuah ancaman yang membuat kita terlihat kurang sukses | Menjadi inspirasi agar bisa melakukan hal yang sama. |
Dalam PISA 2018, OECD bekerjasama dengan Prof Dweck untuk menyisipkan Survei Pola Pikir dalam asesmennya yang diikuti oleh 600.000 murid berusuia 15 tahun dari 79 negara. Dalam rilisnya pada tanggal 21 April 2021 via daring karena pada saat itu lagi masa Pandemi Covid-19, OECD menyampaikan kesimpulan utamanya yaitu : terdapat korelasi positif antara jumlah murid yang memiliki PPB dengan nilai akademik di suatu negara. Negara dengan jumlah murid yang memiliki PPB tinggi akan memiliki nilai akademis yang tinggi pula dan sebaliknya. OECD juga menjelaskan bahwa dari 79 negara peserta PISA 2018 ada 6 negara yang memiliki jumlah murid yang memiliki PPB sangat rendah yaitu kurang dari 40% dan salah satunya adalah Indonesia yaitu 2 dari 3 murid kita terindikasi memiliki PPT dan berada di peringkat ke.3 dari bawah.
2. Dari Pola Pikir Tetap ke Pola Pikir Bertumbuh
Dalam Pembelajaran Mendalam, guru memiliki tiga peran baru yaitu sebagai: activator, collaborator dan builder learning culture. Agar dapat menjalankan peran baru ini dengan baik, guru harus memiliki ketrampilan untuk mendorong murid yang memiliki PPT agar bisa menjadi PPB lewat 4 langkah seperti yang telah dijelaskan oleh Prof Dweck dalam situsnya www.mindsetworks.com yaitu:
Suara PPT adalah suara-suara yang menimbulkan kekhawatiran dalam diri seseorang pada saat menghadapi tantangan dan hambatan sebaliknya suara PPB adalah suara-suara yang memunculkan optimisme dalam kondiri yang tidak sesuai dengan harapan atau lebih tepatnya tetap bertindak positif dalam situasi negatif. Tabel berikut menunjukkan perbandingan antara Suara PPT dengan Suara PPB.
Suara PPT | Suara PPB |
Kalau saya gagal berarti saya tidak mampu. | Kalau saya gagal berarti saya harus mencoba lagi. |
Saya akan menolak saat menerima tugas yang belum pernah saya kerjakan sebab resiko untuk gagal akan besar. | Saya akan menerima pekerjaan yang belum pernah saya kerjakan sebab ini adalah peluang untuk belajar dan mengembangkan potensi diri. |
Kesalahan menunjukkan kelemahan saya sehingga harus dihindari demi menjaga nama baik | Kesalahan merupakan sebuah proses belajar dan harus dijadikan peluang untuk mencoba kembali |
Saya hanya bagus dalam bidang tertentu saja dan tidak untuk bidang lainnya | Saya bisa belajar apapun juga yang saya mau termasuk hal-hal yang sangat rumit sekalipun. |
Kecerdasan dan kemampuan adalah segalanya dan akan menjadi faktor yang menentukan sukses tidaknya. | Belajar dan berusaha adalah faktor kunci yang akan menentukan sukses tidaknya seseorang |
3. Intervensi Pola Pikir
Universitas Stanford memiliki sebuah pusat penelitian riset terapan yaitu The Project for Education Research That Scales (PERTS) di mana Prof Dweck dan koleganya melakukan penelitian tentang pola pikir dan salah satunya yang cukup popular adalah Intervensi Pola Pikir – IPP yang dirancang untuk meningkatkan prestasi akademik murid dan sekaligus sebagai alternatif dari Intervensi Psikologi lainnya yang dikenal dengan The Sense of Purpose Intervention yaitu intervensi untuk memberi pemahaman kepada murid apa tujuan dari mereka belajar. IPP bertujuan untuk memberi pemahaman kepada murid bahwa perjuangan pada saat menghadapi tantangan, hambatan dan kesulitan dalam belajar hanyalah sebuah proses dalam belajar dan bukan indikasi dari kegagalan atau kelemahan. Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi yang kuat antara IPP dengan peningkatan nilai akademik murid. Berikut adalah langkah demi langkah untuk melakukan IPP oleh guru kepada muridnya.
Penelitian lain juga menunjukkan bahwa murid yang mendapat IPP memiliki nilai yang lebih tinggi dari murid yang tidak mendapatkan IPP dan berdasarkan temuan-temuan riset ini PERTS mengembangkan Mindset Kit (www.mindset.org) yang berisi RPP, aneka Kegiatan serta Video yang bisa dimanfaatkan oleh para guru untuk mengajarkan PPB kepada para muridnya di dalam kelas dalam rangka membentuk apa yang disebut dengan Growth Mindset Classroom.
4. Membangun Komunitas Belajar
Membangun Komunitas Belajar merupakan fondasi utama untuk mengembangkan PPB di sekolah yang terdiri dari beberapa macam hubungan yaitu : hubungan guru dengan murid, hubungan guru dengan orangtua serta hubungan guru dengan guru. Hubungan guru dan murid adalah sangat penting sebab ini adalah proses awal dari pembentukan PPB di dalam kelas yang berlandaskan lima dimensi seperti yang ada dalam buku The Growth Mindset Coach, Brock dan Hundley (2016) yaitu:
- Murid mengetahui bahwa gurunya yakin kepada kemampuan muridnya dalam belajar
- Muridmenghormati dan menyukai gurunya
- Muridmau meminta masukan dari gurunya
- Murid sadar bahwa nilai akademik yang diperoleh tidak lebih penting daripada perkembangan diri mereka sendiri
- Muridmerasa aman dengan gurunya
Hubungan guru dan murid akan semakin kuat bila guru menerapkan “Aturan Emas” dalam mengajar yaitu : Perlakukan murid sebagaimana Anda ingin diperlakukan. Berdasarkan hal ini, tidak bakal ada lagi guru yang arogan atau diktator kepada muridnya sehingga setiap ada peraturan maka akan berlaku untuk murid dan juga guru. Bila ada guru yang melanggarnya maka tidak perlu malu untuk mengakui kesalahan dan memperbaikinya sebab inilah contoh dari PPB.
Membangun hubungan positif dengan orangtua murid juga tidak kalah pentingnya apalagi untuk kelas rendah seperti TK dan SD. Guru dengan PPT mungkin menganggap orantua tua tidak peduli dengan pendidikan anakanya dan semuanya diserahkan ke pihak sekolah, namun sebaliknya guru dengan PPB akan berusaha agar orangtua mau terlibat secara aktif dengan pendidikan anaknya sehingga tertarik untuk mengetahui perkembangan anaknya. Guru mengetahui bahwa orangtua murid memiliki potensi yang besar untuk ikut serta dalam meningkatkan prestasi anaknya dan mereka akan berjuang untuk mencari berbagai cara untuk merealisasikannya. Pemanfaatan media sosial merupakan sarana yang sangat handal sehingga tidak ada hambatan waktu dan ruang bagi guru untuk berkomunikasi dengan para orangtua.
5. Pujian Pribadi dan Pujian Proses
Cara guru memberi pujian atau kritik juga menjadi faktor yang sangat menentukan tipe pola pikir yang akan terbentuk pada muridnya. Dalam artikel How Not to Talk to Your Kid oleh Bronson (2007) di New York Magazine, Prof Dweck menceritakan percobaan yang dia lakukan pada 400 murid SD kelas 5 di New York yang diberikan tes dengan soal-soal yang mudah untuk diselesaikan. Seusai tes, murid dibagi menjadi dua kelompok lalu masing- masing diberi dua jenis pujian yaitu:
“Kamu pasti pintar” dan “Kamu pasti sudah bekerja keras”
Selanjutnya murid diberi tes kedua dengan dua pilihan soal yaitu : soal yang mudah dikerjakan seperti tes yang pertama dan soal yang jauh lebih sulit untuk dijawab, guru memberi tahu bahwa soal yang sulit ini akan memberi murid banyak kesempatan untuk belajar. Menariknya, murid yang dipuji dengan “Kamu pasti pintar” (Pujian Pribadi) lebih banyak memilih soal tes yang mudah sementara itu lebih dari 90% murid yang dipuji dengan “Kamu pasti sudah bekerja keras” (Pujian Proses) memilih soal yang jauh lebih sulit. Berdasarkan penelitian ini, Prof Dweck menyimpulkan bahwa murid yang diberi Pujian Pribadi cendrung akan memiliki PPT sebab mereka akan haus akan pujian-pujian tanpa peduli dengan proses belajar, di lain pihak murid yang diberi Pujian Proses akan memiliki PPB sebab proses belajar dan berusaha adalah lebih penting dari pada sekedar nilai.
Pujian Pribadi | Pujian Proses |
Kamu memang berbakat dalam Matematika | Kamu butuh materi yang akan menantang otakmu |
Kamu pintar sekali | Kamu telah menggunakan strategi yang baik untuk menjawab soal ini |
Kamu anak yang baik | Kamu patut diapresiasi untuk usahamu |
Wow, kamu seorang seniman yang luar biasa | Kamu telah memperlihatkan hasil latihan melukis yang kamu lakukan |
Kamu memang terlahir menjadi seorang penulis | Kamu mampu memilih kata-kata yang sangat baik dalam tulisanmu |
- Kesalahan Yang Produktif (Productive Failure)
Seorang profesor psikologi di Hong Kong Institute of Education, Prof Manu Kapur melakukan penelitian yang sangat pendalam tentang Productive Failure – PF. Penelitiannya menunjukkan bahwa bila murid diberi kesempatan untuk mencoba dan berjuang dalam memecahkan masalah dan mencari solusi, mereka akan lebih mudah memahami dan bisa menerapkan informasi yang mereka dapatkan dalam perjuangan itu di kesempatan berikutnya. Prof Kapur juga telah melakukan penelitian tentang teori PF ini di beberapa sekolah di Singapura yang dikenal dengan proyek Singapore Learning to Fail. Dalam penelitian ini, murid dibagi menjadi dua kelompok lalu diberi perlakuan yang berbeda yakni dalam bentuk dua instruksi yang berbeda untuk penyelesaian soal Matematika. Kelompok pertama diberi instruksi yang eksplisit dan cara yang jelas untuk menyelesaikan soal, sementara itu kelompok kedua tidak diberi instruksi yang jelas, mereka diminta untuk berkolaborasi dengan teman- temannya untuk mencari cara menyelesaikan soal. Mudah didiuga, kelompok pertama bisa menjawab semua soal dengan benar dan sebaliknya kelompok kedua tidak mampu menyelesaikan soal yang diberikan. Namun Prof Kapur mencatat bahwa kelompok kedua ini lebih banyak menghabiskan waktunya untuk membahas berbagai ide, strategi untuk menyelesaikan soal itu.
- ThePower of YET
Salah satu prinsip penting dalam mengembangkan PPB adalah konsep yang disebut dengan The Power of YET – PoY dimana setiap kalimat negatif yang memiliki kata “tidak” akan berubaha menjadi kata “belum” dengan penambahan kata YET di ujung kalimatnya. Dengan berubahnya kata tidak menjadi belum maka setiap kesalahan atau kegagalan akan berubah makna menjadi “pembelajaran” sebab terbuka kesempatan untuk mencoba kembali. Dengan prinsip PoY tidak ada lagi istilah “tidak bisa” melainkan yang ada adalah “belum bisa”, tidak ada lagi istiah “tidak lulus” yang ada adalah “belum lulus”. Dengan menggunakan prinsip PoY ini guru dapat mendorong murid untuk mengembangkan PPB nya. Sebaliknya prinsip The Tyranny of NOW – ToN akan mendorong murid memiliki PPT sebab semuanya akan dinilai pada “saat ini” dan tidak ada kesempatan untuk mengulang dan memperbaiki bila terjadi kesalahan atau kegagalan. Prinsip ToN akan menutup peluang murid untuk belajar dari kesalahan dan kegagalan sehingga pada akhirnya murid akan berpikir : saya tidak bisa, saya tidak mengerti dan akhirnya saya tidak lulus. Pintu sudah ditutup oleh ToN dan murid akan terjebak dalam PPT nya.
8. Target Performa dan Target Pembelajaran
Seorang psikolog pendidikan dari Michican State University Prof Carol Ames telah merancang sebuah sistem pembelajaran yang disebut TARGET yang berguna untuk membedakan ruang kelas yang memiliki struktur “Target Performa” dengan kelas yang memiliki struktur “Target Pembelajaran”. Sistem ini mengacu pada enam dimensi (Task, Authority, Recognition, Grouping, Evaluation, Time) dari sebuah ruang kelas seperti yang terdapat dalam Tabel di bawah ini.
Dimensi | Deskripsi | Target Performa | Target Pembelajaran |
Task | Jenis tugas yang diberikan kepada murid | Tugas terlalu mudah dan kebanyakan berbentuk hafalan | Tugas bervariasi dari yang mudah hingga yang menantang |
Authority | Peran murid dalam membuat keputusan | Guru memberikan pentunjuk yang jelas untuk mengerjakan tugas | Guru hanya memberi petunjuk awal dan selanjutnya murid harus mencari cara untuk mengerjakan tugas |
Recognition | Pengakuan yang diberikan | Murid dihargai karena sudah mengumpulkan tugas | Murid dihargai karena sudah menunjukkan usaha dan strategi dalam mengerjakan tugas |
Grouping | Pengelomppokkan murid | Murid dikelompokkan berdasarkan kemampuannya sehingga terjadi kompetisi yang keras | Murid dikelompokkan berdasarkan cara belajarnya sehingga dapat berkolaborasi dengan baik |
Evaluation | Menilai proses dan hasil belajar | Penilaian dilakukan secara umum dan mengutamakan hasil akhir yang diperoleh murid | Penilaian dilakukan secara individu dan mengutamakan kemajuan dan perkembangan dari murid |
Dimensi | Deskripsi | Target Performa | Target Pembelajaran |
Time | Waktu untuk belajar | Batasan waktu untuk mengerjakan tugas diberikan secara ketat dan kaku. | Batasan waktu untuk mengerjakan tugas bervariasi, penguasaan materi lebih penting dari pada kecepatan. |
Dalam bukunya The Self-Theoris (2000) Prof Dweck menunjukkan hasil penelitiannya pada sekolompok murid SMP yang sedang mempelajari materi baru dalam pelajaran Sains. Pada kelas yang berorientasi pada Target Performa, guru mengurutkan murid berdasarkan kecerdasan dan nilai yang diperolehnya sehingga terbentuklah sekelompok murid “pintar” yang sangat disenangi oleh gurunya. Bagi guru yang menjadi patokan hanyalah “kesamaan” (equality) dalam tugas, waktu, produk dan hasil, sementara itu di kelas yang berorientasi pada Target Pembelajaran yang menjadi patokan adalah “kesetaraan” (equity) sehingga ada personalisasi tugas dengan skema waktu yang fleksibel serta mengakomodasi keunikan dan cara belajar murid. Prof Dweck menyimpulkan bahwa kelas yang berorientasi Target Performa akan cendrung mendorong murid memiliki PPT sebab sedikit ruang untuk memperbaiki diri bagi sekelompok murid yang termasuk “kurang pintar”, namun sebaliknya di kelas yang berorientasi Target Pembelajaran akan menjadi tempat berkembangnya PPB sebab setiap murid akan diberi kesempatan untuk memperbaiki diri dalam belajar.
- PembelajaranBerbasis Otak (Brain Based Learning)
Konsep PPB yang dikembangkan oleh Prof Dweck telah menarik minat dari para ahli Neurosains untuk meneliti kaitannya terutama dengan prinsip Plastisitas Otak yaitu kemampuan otak untuk berubah. Pada saat murid sedang belajar ada sinyal elektrik yang dipancarkan melalui sebuah jalur yang disebut axon. Sinyal itu akan diterima oleh struktur-struktur kecil yang bercabang-cabang yang keluar dari neuron yang disebut dendrite dan akan disampaikan ke badan sel – cell body, tempat sinyal itu bisa dikirim keluar lagi untuk terhubung dengan neuron lain sehingga terbentuklah sinaps. Bila seorang murid mengalami kesulitan dalam belajar dan terus berupaya untuk memahaminya maka akan semakin banyak jalur yang dibuat oleh neuron dan bila sering dilewati (murid mengulang-lang pelajaran) maka jalur ini akan semakin kuat sehingga neuron bisa mengirimkan sinyal lebih banyak dan lebih cepat. Ini berarti seorang murid sedang belajar dan mengingat lebih banyak dan lebih cepat.
Seorang professor Matematika di Universitas Stanford yang pernah menjadi mahasiswa Prof Dweck mengatakan dalam bukunya Mathematical Mindset bahwa ketika murid membuat sebuah kesalahan pada saat belajar maka otak murid itu akan memicu aktifitas otaknya yang tidak terjadi pada saat mereka mendapatkan jawaban yang benar dengan mudah. Prof Boaler mengatakan bahwa untuk murid dengan PPB, akan mengalami pertumbuhan otak yang sangat signifikan pada saat mereka mebuat kesalahan dan terus mencoba lagi. Oleh karena itulah Prof Boaler menegaskan bahwa pelajaran Matematika seharusnya lebih banyak berorientasi pada Target Pembelajaran dan bukan pada demonstrasi penguasaan konsep dan formula yang lebih berorientasi pada Target Performa dengan ciri soal-soal yang memiliki jawaban tunggal. Dengan Target Pembelajaran, murid diberikan soal yang lebih terbuka sehingga terbuka peluang untuk pembelajaran yang lebih mendalam (deeper learning) dari pada sekedar mencari jawaban yang benar.
Berdasarkan cara alami kerja neuron, seorang ahli tentang otak dan pembelajaran Prof Tony Buzan dari Buzan Center UK telah menciptakan sebuah Alat Belajar (Learning Tool) yang disebut Peta Pikiran (Mind Map®). Peta Pikiran ini dibuat persis seperti cara alami kerja otak dalam belajar sehingga dapat membantu murid dalam menyusun berbagai informasi yang diperoleh selama belajar, Peta Pikiran ini sangat mendukung pendekatan pembelajaran yang bersifat Konstruktivisme karena murid dapat mendapat pemahaman yang mendalam dan komprehensif lewat proses kontruksi informasi-informasi yang mereka kumpulkan dalam belajar.
Sebuah Peta Pikiran dibentuk oleh beberapa komponen seperti yang ditunjukkan oleh gambar berikut ini.
Proses penyusunan sebuah Peta Pikiran dapat dilakukan secara tahap demi tahap seperti berikut ini.
- Mulai dari tengah dengan Ide Pokok (Central Idea – CI) yang bisa berupa nama proyek dalam PjBL atau judul masalah dalam PBL atau topik/tema yang akan dipelajari.
- Selanjutnya dibuat Cabang-cabang Utama (Basic Ordering Ideas – BOI) yang laksana bab dalam sebuah buku atau sub-bab/tema dalam sebuah bab/tema atau 5W1H dari sebuah topik/tema.
- Untuk setiap Cabang Utama, dilengkapi dengan informasi-informasi detil yangterkait dan disusun secara Kategori dan Hirarki (Category & Hierachy).
- PetaPikiran dapat memiliki Korelasi yang berbentuk garis putus-putus yang menghubungkan sebuah Kategori/Hirarki dengan Kategori/Hirarki lainnya yang memiliki kaitan informasi.
- Peta Pikiran dapat pula dilengkapi dengan warna (unik untuk setiap BOI beserta Kategori/Hirarkinya) serta ditambahkan dengan aneka icon atau gambar yang sesuai dengan informasi yang ada.
Berikut contoh sebuah Peta Pikiran dari Kerangka Kerja PM yang diadopsi dari Naskah Akademik Pembelajaran Mendalam.
Selanjutnya Kerangka Kerja PM ini diubah formatnya menjadi Peta Pikiran seperti di bawah ini dengan mengikuti tahap demi tahap yang ada yaitu :
- CI:Pembelajaran Mendalam
- BOI:ada 4 yaitu: Kerangka Pembelajaran, Pengalaman Belajar, Prinsip Pembelajaran dan Dimensi Profil Lulusan.
- C/H:disesuaikan untuk setiap BOI
Secara umum aplikasi Peta Pikiran dalam pembelajaran dapat dibagi dua yaitu: Note Taking yaitu pada saat merangkum sebuah bacaan atau tulisan yang sifatnya mengorganisir ide atau informasi dari orang lain sehingga proses yang terjadi adalah mengubah tulisan linier menjadi Peta Pikiran. Aplikasi yang kedua disebut Note Making yaitu pada saat membuat kerangka dari karangan atau laporan yang sifatnya mengorganisir ide atau informasi milik sendiri sehingga proses yang terjadi adalah membuat Peta Pikiran lalu diubah menjadi tulisan linier. Dua proses Note Taking dan Note Making ini ditunjukkan oleh Gambar di bawah ini yang merupakan 2 ketrampilan paling mendasar dari kegiatan membaca.
B. Peran Pola Pikir Bertumbuh dalam Pembelajaran Mendalam
Peran PPB dalam Pembelajaran Mendalam sangat besar sebab bisa berperan di banyak bagian yang ada dalam Kerangka Kerja PM yang terdiri dari 4 kategori: Kerangka Pembelajaran, Pengalaman Pembelajaran, Prinsip Pembelajaran dan Dimensi Profil Lulusan.
1. Peran PPB dalam Kerangka Pembelajaran
Dalam Kerangka Pembelajaran yang terdiri dari 4 Elemen : Praktik Pedagogik, Lingkungan Pembelajaran, Kemitraan Pembelajaran dan Pemanfaatan Digital, prinsip-prinsip PPB dapat digunakan dalam:
- Praktik Pedagogik: yang melibatkan murid secara aktif dengan menggunakan berbagai model dan metode pembelajaran yang berfokus pada pemecahan masalah yang kontekstual, proyek yang bersifat kolaboratif, serta eksplorasi banyak ide-ide pasti akan berhadapan dengan berbagaihambatan, tantangan dan Saat inilah prinsip-prinsip PBB seperti: Productive Failure, The Power of YET serta Intervensi Pola Pikir dari guru ke murid. Selanjutnya Peta Pikiran akan berguna dalam Pembelajaran yang bersifat konstruktivisme di mana murid dapat mengkonstruksi pemahaman mereka melalui tahap demi tahap dalam penyusunan Peta Pikiran yang dimulai dari CI lalu ke BOI dan akhirnya ke C/H.
- Lingkungan Pembelajaran : dalam pengembangan Budaya Belajar demi menciptakan iklim belajar yang kondusif serta bisa memotivasi murid untuk bereksplorasi dan kolaborasi sangat membutuhkan PPB karena murid membutuhkan keyakinan yang kuat bahwa lewat eksplorasi dan kolaborasi mereka bisa bertumbuh dan berkembang. Dalam menjalani proses belajar ini pasti akan terjadi berbagai kesalahan bahkan kegagalan namun dengan PPB mereka akan terus bertahan serta berani mengambil resiko.
- Kemitraan Pembelajaran: untuk membentuk hubungan yang kuat antara guru dan murid, guru dan orangtua serta guru dan guru sangat membutuhkan PBB karena dibutuhkan unsur “saling percaya” dari setiap pihak.Keyakinan bahwa setiap pihak bisa saling mendukung dan berkolaborasi demi tumbuh kembang dan kemajuan pendidikan anak-didik merupakan prinsip dasar dari PPB.
- Pemanfaatan Digital: seperti yang dikatakan oleh Leonardi dan Neeley dalambukunya The Digital Mindset bahwa mesin bukanlah “pengganti atau pesaing” manusia, manusia harus mau berkolaborasi dengan mesin agar bisa memperoleh hasil yang diharapkan. Keyakinan inilah yang disebut dengan Digital Mindset yang memiliki prinsip yang persis sama dengan PPB, bahkan dalam proses Transformasi Digital faktor Pola Pikir menjadi yang pertama harus dibenahi sebelum lanjut ke faktor yang lain.
2. Peran PPB dalam Pengalaman Belajar
Dalam Pengalaman Belajar yang terdiri dari Memahami, Mengaplikasi dan Merefleksi atau disingkat dengan 3M, prinsip dari PPB dapat diterapkan dalam setiap tahapnya.
- Memahami:proses memahami harus melewati sebuah proses yang kadang tidak mulus sebab murid sering kali harus melewati berbagai kendala dan merasakan kesulitan. Di saat inilah PPB dibutuhkan agar murid bisa paham bahwa kendala dan kesulitan itu pertanda proses belajar sedang berlangsung dan otak sedang berusaha untuk membuat jalur-jalur baru dan sama sekali bukan tanda Keyakinan seperti inilah yang menjadi fondasi utama dalam tahap memehami.
- Mengaplikasi: dalam tahap mengaplikasi dibutuhkan pendalaman pengetahuan agar bisa mengaplikasikan pengetahuan yang melibatkan penerapan PPB, pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan secara efektif.Dengan PPB maka akan muncul kreatifitas dan penalaran kritis yang sangat berguna dalam pemecahan masalah lewat solusi kreatif dan
- Merefleksi: inilah tahap dimana peran PPB sangat besar sebab pada tahap ini murid akan diajak untuk memahami sejauh mana tujuan pembelajaran tercapai, serta mengeksplorasi kekuatan, tantangan, dan area yang perlu diperbaiki. PBB akan mendorong murid untuk bertahan saat menghadapi tantangan serta memiliki keyakinan yang tinggi untuk memperbaikidiri agar bisa terus bertumbuh dan berkembang.
3. Peran PPB dalam Prinsip Pembelajaran
Prinsip Pembelajaran dalam PM dikenal sebagai BBM yaitu Berkesadaran (Mindful), Bermakna (Meaningful), dan Menggembirakan (Joyful). Peran PBB dalam Prinsip Pembelajaran ini dimulai pada prinsip Berkesadaran yang
- Berkesadaran: inilah prinsip utama yang menjadi fondasi bagi dua prinsip lainnyasebab tanpa adanya kesadaran murid untuk mau belajar maka tidak akan pernah akan muncul prinsip bermakna dan Dengan PPB murid akan sadar bahwa belajar adalah sebuah proses yang di dalamnya akan selalu ada berbagai tantangan, hambatan dan kesulitan yang harus dihadapi. Bahkan seringkali murid melakukan kesalahan bahkan mengalami kegagalan.
Dalam situs www.mindsetworks.com, ada sebuah bagan menggambarkan Hirarki kebutuhan dari seorang pembelajar (Hierarchy of Learner Needs) seperti di bawah ini.
Salah satu faktor yang sangat penting tapi sering terabaikan adalah: Learning Mindsets yang dalam situs www.youngwonks.com, disebut dengan Academic Mindsets yang menjadi bagian dari Deeper Learning bersama beberapa faktor lainnya seperti Problem Solving, Critical Thinking, Collaboration dan Communication.
Learning Mindset adalah kumpulan keyakinan yang harus dimiliki murid ada siap untuk belajar yaitu :
- Sayaadalah pemilik komunitas belajar ini
- Sayabisa merubah kemampuan saya lewat usaha
- Sayabisa meraih sukses
- Tugas-tugasini memiliki nilai dan tujuan untuk
Learning Mindset ini sangat selaras dengan prinsip Berkesadaran karena inilah faktor yang terpenting yang menjadi fondasi untuk bisa masuk ke prinsip Bermakna dan Menggembirakan.
- Bermakna: pembelajaran yang menerapkan prinsip bermakna akan membutuhkanPPB agar bisa menjadi seorang pembelajar sepanjang hayat (lifelong learner) yang akan sangat berguna dalam menghadapi berbagai tantangan, hambatan dan Dengan PBB kendala itu akan dianggap sebagai sebuah “peluang” untuk memperoleh pengatahuan dan ketrampilan yang berguna.
- Menggembirakan:pembelajaran yang menggembirakan membutuhkan PPB demi terciptanya suasana belajar yang positif dan menantang serta menyenangkan, dan memotivasi. Keyakinan murid bahwa mereka bisa memahami dan mengaplikasi berbagai pengetahuan yang telah mereka pelajari akan menjadi faktor yang menimbulkan rasa gembira
4. Peran PBB dalam Dimensi Profil Lulusan
Sasaran dari PM terdapat dalam 8 Dimensi Profil Lulusan yang disebut dengan 8D dan PBB akan berperan dalam beberapa dimensi khususnya dalam 4 Dimensi yang dikenal sebagai Ketrampilan Abad ke 21 yang terdiri dari Kreatifitas, Penalaran Kritis, Komunikasi dan Kolaborasi.
- Kreatifitas:kemampuan untuk melihat masalah dari berbagai sudut pandang, menghasilkan banyak gagasan, serta menemukan dan mengembangkan alternatif solusi yang efektif. murid yang memiliki kreativitas cenderung berpikir di luar kebiasaan, mengembangkan ide-ide secara mendalam
- Penalaran Kritis: kemampuan untuk menganalisis dan mengevaluasi setiap informasi, ide dan solusi secara cermat, tanggap, dan mampu menghadapi tantangan dengan pemikiran yang mendalam dan terstruktur. PPB akan menjadi pendukung dari seseorang agar bisa tetap berpikir dengan jernih , tajam dan mendalam walalupun dalam situasi yang menantang.
- Komunikasi: kemampuan penting murid untuk berinteraksi dengan orang lain, berbagi serta mempertahankan pendapat, menyampaikan sudut pandang yang beragam, dan aktif terlibat dalam kegiatan yang membutuhkan interaksi dua arah. Murid dengan PBB lebih mudah berkomunikasisebab dia miliki keyakinan yang kuat bahwa lawan bicaranya pasti bisa saling mengisi dan memperkuat
- Kolaborasi: kemampuan kolaborasi mampu berkontribusi secara aktif, menggunakan pemecahan masalah bersama, dan menciptakan suasana yang harmonis untuk mencapai tujuan bersama. Dengan PBB, murid bisa berkolaborasi dengan baik sebab saat ini tidak ada lagi Super Man melainkan Super Team sehingga kesuksesan hanya dapat diraih lewat kolaborasi yang berlandaskan prinsip PPB.
Selain dari 4 Dimensi Profil Lulusan di atas, PPB juga dapat berperan dalam Dimensi lainnya yaitu Kemandirian dimana murid dengan PPB akan memiliki keyakinan bahwa mereka mampu untuk mengatasi berbagai tantangan, hambatan dan kesulitan untuk setiap pilihan dan keputusan yang mereka ambil. Dengan PPB murid juga akan mampu untuk menguasai diri dan bertahan dalam berbagai macam situasi serta siap untuk terus belajar agar bisa terus bertumbuh dan berkembang.
C. Peran Pola Pikir Bertumbuh untuk Kreatifitas
Dalam bukunya In Search of Deeper Learning, Mehta dan Fine (2019) telah mendefinisikan bahwa PM adalah kombinasi dari 3 elemen yang disingkat dengan MIC yaitu : mastery, identity dan creativity. Mastery adalah mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan dalam area yang dipelajari, Identity merupakan proses untuk menjadi lebih bermakna dalam berpikir tentang diri sendiri yang melakukan tugas itu. Berpindah dari konsep tentang diri sendiri dari : Saya seseorang yang sedang belajar menjadi Saya adalah seorang pembelajar, kata pembelajar menjadi identitas yang kuat sebab menunjukkan bahwa dia adalah seseorang yang bisa belajar dengan baik. Creativity bukan sekedar mendengar atau memahami sebuah pengetahuan tapi harus mampu untuk “menciptakan” sesuatu dari pengetahuan itu. Kreativitas membutuhkan ketrampilan berpikir inovatif (innovative thinking) agar bisa membuat sesuatu yang berbeda, kreatif dan baru dari berbagai informasi dan pengetahuan yang didapatkan. Dalam proses membuat sesuatu yang “baru” inilah PBB sangat berperan karena sebuah “kebaruan” akan selalu memiliki 2 sisi yaitu peluang dan juga tantangan. Keyakinan akan
Salah satu dari 8 Dimensi Profil Lulusan dalam PM yang juga menjadi salah satu dari Ketrampilan Abad ke 21 adalah Kreatifitas yaitu kemampuan untuk memecahkan masalah lewat berbagai ide dan solusi yang kreatif dan inovatif. Kreatifitas adalah salah satu faktor penting dalam sebuah siklus I-K-I (Iterasi – Kreativitas – Inovasi) seperti yang ditunjukkan oleh gambar di bawah ini.
• Melakukan hal yang sama secara berulang
• Memikirkan hal-hal baru yang lebih baik
- Melakukan hal yang baru dan lebih baik
Jadi tampak dengan jelas peran penting dari Kreatifitas sebagai ”jembatan” dari masa sekarang (Iterasi) dengan masa depan (Inovasi). Seorang yang kreatif pasti harus memiliki PPB sebab dalam proses mengembangkan berbagai ide, solusi dan alternatif khususnya yang akan dipakai untuk memecahkan masalah pasti akan selalu melewati berbagai tantang, hambatan dan kesulitan sebab membuat sesuatu yang “berbeda, kreatif dan baru” akan diliputi oleh ketidakjelasan dan ketidakpastian, Hanya dengan PPB lah seseorang akan mampu untuk terus bertahan karena yakin bahwa semuanya itu pasti akan berhasil pada waktunya.
Menurut teori The 4 Zones of Life, terdapat empat zona dalam kehidupan manusia. Setiap zona akan memiliki tantangan dan peluang yang berbeda-beda sehingga butuh strategi dan cara dalam menghadapinya. Keterkaitan antara Siklus I-K-I dengan 4 Zona Kehidupan dapat dilihat dalam gambar di bawah ini.
- ZonaNyaman (Comfort Zone): zona di mana seseorang hanya melakukan sesuatu yang sama secara berulang (Iterasi).
- Zona Ketakutan (Fear Zone): zona yang harus dilalui bilamana seseorang inginkeluar dari Zona Nyaman dan masuk ke zona Di Zona inilah PPB dibutuhkan untuk mengatasi berbagai ketakutan pada saat harus mengalami tantangan, hambatan dan kesulitan. Dengan PPB seseorang bisa “mengeliminasi” rasa takut seseorang terhadap berbagai kendala yang dihadapinya.
- Zona Belajar (Learning Zone): zona di mana seseorang menjalani proses belajarlewat proses mencari, mengembangkan dan mencoba sesuatu yang baru (Kreatifitas)
- ZonaBertumbuh (Growth Zone): zona di mana seseorang telah “bertumbuh” sebab mampu menguasai atau menciptakan sesuatu yang “baru” dan lebih baik (Inovasi).
- Kreativitas sesungguhnya sudah ada dalam diri setip orang tapi ada yang bersifat dan ada pula yang masih pasif. Ketrampilan Berpikir Kreatif adalah mesin dari Kreatifitas sebab lewal ketrampilan inilah berbagai ide, solusi dan alternatif bisa muncul sebagai langkah awal untuk memecahkan masalah. Salah satu Creative Thinking Tool – CTT yang banyak digunakan orang adalah Metode CREATE seperti yang jelaskan oleh John Langrehr dalam bukunya Teaching Our Children To Think (2006). Langrehr membagi Proses Berpikir Inti (Core Thinking Process) menjadi empat bagian yaitu: Organized Thinking, Analytical Thinking, Creative Thinking dan Critical Thinking.
Untuk Creative Thinking, ada metode CREATE yaitu enam cara untuk menciptakan ide atau alternatif baru yaitu: menggabungkan (combine), membalikkan (reverse), menghilangkan (eliminate), mengganti (alternative), memutar (twist) dan menguraikan (elaborate).
Dalam bukunya Simply Brilliant (2017) Bernhard Schroeder mengatakan bahwa Kreativitas bisa berkembang dalam diri setiap orang bila mau “melakukan transisi” dari PPT ke PPB lewat beberapa cara berikut ini.
- Akuidan terima “ketidaksempurnaan”
- Melihattantangan sebagai sebuah peluang
- Mencobastrategi belajar yang berbeda saat mengalami kegagalan
- Menggantikata “kegagalan” menjadi “pembelajaran”
- Berhentimencari pengakuan yang premature
- Menghargaiproses daripada hasil akhir
- Lebihmementingkan perkembangan daripada kecepatan
- Menanamkankerendahan hati
- Beranimengambil resiko
Seorang psikolog dengan spesialisasi pola pikir, Dr Gemma Leigh Roberts mengaatkan dalam bukunya Mindset Matters (2022) bahwa PPB adalah pola pikir untuk kreativitas dan inovasi sebab banyak inovasi besar yang diawali dengan berbagai kegagalan, namun berkat PPB para inovator memahami bahwa inilah harga yang harus dibayar untuk sesuatu yang luar biasa. PPB juga mendukung apa yang disebut oleh Dr Roberts dengan istilah “resiliensi psikologis” yaitu cadangan resiliensi untuk mempersiapkan diri menghadapi tantangan yang bisa muncul di tempat kerja dan menjaga diri dari stes di masa yang akan datang. Ini sangat penting sebab tantangan bisa menghampiri kita dengan kecepatan yang lebih cepat dari sebelumnya.
D. Pola Pikir Bertumbuh untuk Pengetahuan Nilai dan Karakter
Dalam tahap Memahami di Pengalaman Belajar terdapat 3 macam pengetahuan yaitu: Pengetahuan Esensial, Pengetahuan Aplikatif dan Pengetahuan Nilai dan Karakter.
PPB memiliki hubungan yang sangat kuat dengan Pengetahuan Nilai dan Karakter yaitu pengetahuan yang berkaitan dengan pemahaman tentang nilai-nilai moral, etika, budaya, dan kemanusiaan yang berperan penting dalam membentuk kepribadian, sikap, dan perilaku seseorang. Dalam buku Becoming a Growth Mindset School, Chris Hildrew (2018) mengatakan bahwa PPB memiliki kaitan yang sangat kuat dengan Pendidikan Karakter bahkan di sekolah PPB akan berada di dalam rumpun Pendidikan Karakter. Murid dengan PPB akan memiliki berbagai “karakter non-kognitif“ yang dalam keseharian tampak dalam bentuk kesabaran, ketangguhan, keuletan dan kegigihan seta sejumlah sifat-sifat positif yang muncul pada saat murid mulai memahami bahwa mereka memiliki kemampuan untuk mencapai apapun yang mereka cita-citakan sepanjang mereka mau belajar dan berusaha.
Menurut Bapak Pendidikan Karakter Dunia Prof Thomas Lickona dalam bukunya Educating for Character, ada tiga komponen dari karakter yang baik yaitu : Pengetahuan Moral (Moral Knowing), Penghayatan Moral (Moral Feeling) dan Tindakan Moral (Moral Action) seperti yang ditiunjukkan oleh Peta Pikiran di bawah ini.
Jadi hanya mengetahui sesuatu yang baik tidaklah cukup tanpa adanya penghayatan serta melakukan aksinya. Oleh karena itulah seorang murid harus memiliki Pengetahuan Nilai dan Kakter selain Pengetahuan Esensial dan Pengetahuan Aplikatif agar pengetahuan yang dipelajarinya bisa berguna untuk menolong orang lain dan juga untuk membentuk dirinya sendiri sebagai probadi yang memiliki nilai dan karakter yang baik pula.
Sebuah “definisi baru” tentang karakter telah diperkenalkan oleh Lickona dan Davidson dalam bukunya Smart & Good High Schools (2005), hal ini perlu dilakukan untuk menjawab pertanyaan dari banyak guru : Apakah dengan mengajarkan Pendidikan Karakter di sekolah akan mampu meningkatkan prestasi akademik murid kami. Dalam definisi barunya, Lickona dan Davidson menyatakan bahwa : karakter memiliki dua bagian yang saling melengkapi yaitu : Karakter Performa (Performance Character) dan Karakter Moral (Moral Character) seperti yang ditunjukkan oleh gambar di bawah ini.
Karakter Performa (rajin, kerja keras, kreatif, pantang menyerah dll) berguna untuk mendorong seseorang untuk meraih prestasi yang tinggi lewat usaha yang terbaik pula sedangkan Karakter Moral (jujur, bertanggungjawab, adil, integritas, rasa hormat) berguna untuk “memastikan” bahwa setiap prestasi yang diraih akan selalu melalui cara-cara yang baik dan benar. Nilai-nilai yang terdapat dalam kedua karakter ini, bisa dikembangkan lewat PPB sebab akan selalu ada “godaan” untuk meraih prestasi lewat cara yang “tidak baik dan tidak benar”, dengan PPB seseorang mimiliki keyakinan bahwa mereka mampu untuk meraih prestasi lewat proses belajar dan berusaha serta kuat pada saat berhadapan dengan berbagai tantangan, hambatan dan kesulitan. Oleh karena itulah keseimbangan antara kedua karakter ini harus ada dalam diri seseorang agar akan “selalu ada tempat” untuk moral di dalam setiap prestasi atau pencapaian.
Dalam bukunya Character Matters (2004), Prof Lickona mengatakan bahwa di dalam kelas akademik dan karakter bisa diajarkan kepada murid secara bersamaan dan untuk itu guru harus mampu “menggali” nilai dan karakter yang ada di dalam materi yang mereka ajarkan seperti yang ditunjukkan oleh gambar di bawah ini.
Mengintegrasikan akademik dan karakter tidaklah sulit dan butuh waktu yang lama sebab dalam setiap materi pelajaran akan selalu ada unsur karakternya namun terkadang “tersirat” sehingga guru harus mampu untuk menggalinya. Mengajarkan karakter lewat kurikulum adalah cara yang paling efektif sebab sudah tersedia nilai- nilai dalam seluruh mata pelajaran yang bisa dipakai dalam mengajarkan karakter di dalam kelas. Berikut beberapa cara untuk menggali nilai-nilai karakter di dalam setiap pelajaran.
- Apakahada hal-hal yang terkait dengan karakter atau aplikasinya dalam pelajaran ?
- Pertanyaanapa yang harus diberikan untuk mengarahkan pada diskusi tentang karakter?
- Dapatkanmodul tentang karakter disisipkan dalam rencana pembelajaran ?
- Kejadianapa yang sedang terjadi yang dapat digunakan untuk membahas tentang karakter?
Dalam Pembelajaran Bermakna, proses menggali nilai-nilai dalam materi pelajaran dapat dilakukan dengan cara :
- Bagaimana kaitandari materi yang diajarkan dengan kehidupan siswa sehari- harinya ?
- Apadampak positif atau manfaat yang diperoleh bila materi pelajaran itu diterapkan dengan baik dan benar ?
- Sebaliknya, apa dampak negatif atau kerugian kalau sekiranya ilmu itu diterapkansecara tidak benar atau menyimpang dari yang seharusnya ?
Dari ketiga pertanyaan di atas, guru bisa mengajak murid untuk menggali nilai-nilai yang harus dimiliki agar seluruh materi yang dipelajari bisa memberi manfaat bagi orang banyak.
SUMBER: Materi Pelatihan Pembelajaran Mendalam
SILAHKAN DOWNLOAD MATERI PELATIHAN PEMBELAJARAN MENDALAM
Modul 1 Pola Pikir Bertumbuh (Growth Mindset)
Modul 2 Pembelajaran Mendalam
Modul 3 Penyelarasan Visi Misi dan Tujuan Satuan Pendidikan dengan Pembelajaran Mendalam
Modul 4 PEMBELAJARAN MENDALAM: Pembelajaran Mendalam: Pendampingan Kepala Sekolah dan Guru
Modul 5 Penyusunan Rancangan dan Implementasi Inkuiri Kolaboratif dalam Pemebelajaran Mendalam.
Modul 6 Strategi Mengajar Orang Dewasa